Menjadi Santri, Menjadi pewaris para Nabi
Teriring segenap Do’a
Dengan Kaki telanjang dan Punggung terbaka Matahari
Kakiku menyusuri debuan dan kerikil jalan
Bekalku Cita, dan detak Jantungku Khouf dan Roja
Bagiku, menjadi Santri bukan sebuah kebetulan
Melainkan prinsip dan jalan hidup menuju terang
Aku tak ingin seorang Santri, erosi percaya diri
Sebab menjadi Santri, menjadi pewaris para Nabi
Bunda, jika Tetanggamu bertanya: “dimana anakmu kini berada”?
Kabarkan pada mereka “ anakku sedang belajar diluar sana untuk memenangkan sebuah pertarungan”
Bunda perpisahan ragawi kita memisahkan jarak
Kita terpisah ruang, Selat, Semenanjung dan Samudera biru
Saat aku merindukan belaian dan lembut do’amu
Apa masih memerlukan jembatan untuk menemuimu?
Sementara sungai sudah mengering menjadi Rindu
Jika suatu ketika, ragawi kita berjarak dan tak mampu lagi berkata-kata
Ingatlah kata bijak bestari bunda: “ Jejakku kutinggal disini, namun Senyummu kubawa pergi”
Dan selama itu pula kutahan dan kutabung rinduku untuk menemuimu
Disudut kamar itu, juga dikeabadian
Karya: Jaja Jalilludin